Cium Aku!

Jika ciuman itu memabukkan
aku tak perduli
karena darimu ketersediaannya seperti
air di musim penghujan
yang selalu kunikmati sepanjang waktu
terlebih karena kau selalu royal
menciumku kapan saja, di mana saja, karena apa saja
sebab cinta adalah koruptor berkubang
dalam nikmat nafsu yang mewah.

Tapi ini musim kemarau
karena rindu ciummu entah terjatuh di
samudera mana
dalam jarak 12 ribuan kilometer ini
semacam ledeng mampet di kotaku
walaupun sumber airnya tampaknya
tak pernah pelit membagi
tapi pipa-pipa tersumbat
karena biaya pemeliharaannya
digerogoti entah oleh kantor yang mana.

 

Dua musimmu.
Empat musimku.
Kalikan tiga.
Jangan hitung berapa ciuman
yang terkapar dalam ruang sepenggal
yang dinamai ruang hampa megap-megap
sesak napas terburu rindu
serasa diburu KPK operasi tangkap tangan.

Penjarakan aku
dalam rindu ciummu
mungkin di situ
kesadaranmu terganggu
akan ingatan akan hadirku
lalu kita bercumbu
dalam lamun
sampai bertemu
beberapa musim lagi!

————————-

Postcript: Susah sekali menulis puisi setahun terakhir, karena saya dilimpahi rasa cinta yang tumpah ruah. Butuh mengalami patah hati biar bisa menulis puisi yang nendang sampai ke ulu hati. Kasih tak sampai memang bisa sangat menginspirasi orang bersajak termehek-mehek. Saya pun pernah begitu. Blog sebelah apa lagi. Iya. 

 

Angin Rindu

image

Benci Musim Gugur

image

Aku hampir lupa benciku
pada gigil musim gugur.

Hujan sepanjang hari
dan mendung mengguris lesu
bukan alasan ketat atas tak sukaku.
Tapi gigil angin meraung kelu
tidakkah seperti hantu belau?
Tak ternetra, tak teraba
tapi ngilu sendunya meruyak
hingga ke tulang.

Di kota asing ini
hadirmu tidakkah seperti bayu?
Rindu padamu meruyak ngilu hati
meski kau tak sedetik pun
teraba, ternetra dalam nyata.

Sungguh rindu yang mengerikan!

Daejeon 13.11.2015

Angin

merinduimu adalah seperti menapis angin dalam jemari
merasakannya menyejukkan hati
namun tak tergenggam.

berbahagialah kamu di gunung itu
seperti aku berbahagia di lembah ini.

Hujan Pagi

hujan pagi itu sepertinya mengerti
gerimis hati mencari bahagia.
sepercik diskusi selintas tawa hanyalah pelupa sesaat
dan gaungnya tak bersisa ketika kembali sunyi menyanyi.
(Dan kau ternyata telah lama pergi tanpa bersuara)