Kepada Kartini dan Emmeline

Kutanya padamu, Kartini,
apa guna semua pikiranmu tentang perempuan
yang punya kehendak bebas untuk memilih?


Kutanya padamu, Emmeline Pankhurst*,
apa guna demonstrasimu agar perempuan
bisa terlibat dalam politik?

Di awal abad 20 kalian sudah berkoar-koar tentang
hak perempuan memilih, tentang keterlibatan perempuan dalam politik,
tapi di tahun 2019 ini kami tetap putus asa.

Apa guna kehendak bebas,
ketika pilihan kami tak lebih dari
alat bagi partai untuk berkuasa?

Apa guna memilih,
ketika jumlah keterwakilan kami
tak sampai 20% di parlemen?

Kehendak bebas kami, wahai Kartini,
tampaknya cuma berputar di apa yang akan dimakan di hari ini karena
ya, ya, ya, seringkali urusan domestik memasak dianggap menjadi kewajiban kami.

Ah bahkan dalam urusan makanan pun,
kami seringkali tak bebas memilih, sebab,
ya, ya, ya, suami punya mau, hari ini kita makan ayam goreng bumbu madu.

Tapi, Emmeline,
kau pun tahu bahwa di zamanmu, di Manchester,
perempuan buruh pun harus repot dalam urusan mencari sepotong roti dan sekerat keju,
tanpa mampu menyampaikan kehendak politiknya soal kesejahteraannya sendiri.

Dan kau tahu, Emmeline,
bahkan dalam urusan pilihan makanan apa pun di meja makan hari ini,
pilihan itu akan menentukan kesehatan anak-anakmu.

Bah, sama lah kau dengan Kartini,
yang menulis bahwa kesejahteraan anak-anak terletak di
tangan perempuan yang menjadi ibunya.

Atau bahwa perempuan
perlu bisa berpendidikan demi
anak-anak yang lebih sehat.

Jadi, ya, ya, ya, kehendak bebas itu pilihan yang penting.

Sepenting itu hingga kau bersedia dipenjara
karena berdemonstrasi di muka publik
demi hak pilih perempuan kan, Emmeline?

Sepenting itu hingga kau harus menelan pil pahit
karena tak mampu memilih
siapa yang kau nikahi kan, Kartini?

Ini tentu bukan cuma urusan makan apa.
Bukan pula tentang bersekolah atau tidak.
Pilih nomor satu atau dua (eh, ini bukan satu atau dua istri lho)
Atau apakah mbak caleg yang itu seleb kondang mengundang gosip.

Di zaman ini, ini adalah urusan siapa yang lantang berteriak di parlemen untuk kami

tentang ketahanan pangan untuk semua penduduk negeri ini sebab kami pun terkena imbasnya ketika harga beras dan cabai membumbung tinggi di pasar,

tentang pendidikan yang berkualitas untuk anak laki-laki dan perempuan bahkan di titik-titik terjauh dari ibukota negeri ini,

tentang betapa presiden mana pun yang terpilih bakal menentukan banyak pilihan-pilihan hidup sehari-hari kami,

atau apakah mbak caleg seleb itu bisa berbicara kritis soal industri hiburan yang makin tak malu-malu memasang acara-acara miskin nilai.

Emmeline dan Kartini,
kalian tentu tak cuma ingin kebebasan memilih
bahkan dalam soal politik ini
tereduksi hanya soal urusan hak perempuan dan anak-anak saja kan?

Ini soal kesetaraan.
Ini soal keadilan.
Ini soal kesejahteraan.

Dari semua.
Untuk semua.
Dan oleh semua.

Termasuk kami,
termasuk kita, perempuan,
Untuk perempuan, anak-anak, dan laki-laki.

Jadi tertidurlah dalam alam barzah, Wahai Kartini dan Emmeline,
dalam damai panjang setelah berjuang dalam
kekerasan upaya dan jiwa bagi kami perempuan di masa depanmu.

Kami masih berjuang
Kami masih berupaya
Dalam pertempuran-pertempuran kecil dan besar
Demi hak kami untuk memilih dan mengubah dunia.

Manchester, 11 Juni 2019

Ditulis dan dipublikasikan di Jurnal Perempuan No. 101

* Emmeline Pankhurst (1858-1928) adalah aktivis perempuan dari Manchester, Inggris, yang memperjuangkan hak perempuan untuk memilih anggota parlemen dan kesejahteraan perempuan dan anak-anak.

2 thoughts on “Kepada Kartini dan Emmeline

  1. Dan ada lelaki2 diluar sana – walopun jarang – yang akan selalu mendukung wanita seperti kamu dalam doanya… gak penting sih emang, cuman bisa doain, yah cuman bisa gitu ngedukung perjuangan kalian para pejuang idealis dgn dukungan yang remeh wkkwkw. WTG dear!

    Like

Leave a comment